Kehidupan sosial menciptakan kelas berbeda-beda hingga manusia membuat sebuah tingkatan didalam pola dan tindak tanduknya didalam bermasyarakat. Ada nilai yang manusia kejar dalam menjalani hidupnya serta hal ini disepakati secara menyeluruh dan akhirnya menjadi sebuah pandangan hidup bahkan prinsip yang harus diperjuangkan dan dipertahankan. Kembali lagi pada pola hidup masyarakat saat ini dimana sebuah value yang disebut harga diri dijadikan acuan untuk mengukur dirinya dari respon sosial disekitar.
Menjaga harga diri adalah baik karena nantinya akan berhubungan dengan martabat diri, selain itu pula harga diri merupakan pisau bermata dua yang bisa menjaga sekaligus menjadi bahaya untuk orang yang salah menggunakan atau mengartikan makna dari harga diri tersebut.Harga diri merupakan label yang kita terakan pada diri kita, seberapa tingkat atau level harga diri itu akan terusik tentunya diri kitalah yang paham dan yang tahu. Karena semakin dalam dan luas pengertian harga diri tersebut maka semakin bijak pula kita menerakan label kepada diri sendiri.
Bagaimana pun sebagai mahluk sosial tentunya harus dipunyai sifat yang bisa saling menghargai antar sesama, karena bagaimana juga sebagai manusia sifat ini telah tertanam secara default didalam diri setiap manusia, karena setiap dari manusia pasti diberkahi oleh sifat ini, yakinilah hal ini. Untuk memperjelas tentang harga diri ini, haruslah kita punya pandangan luas seperti yang disebutkan diatas, bahaya sekali jika memaknai harga diri ini terlalu sempit karena akan menimbulkan efek domino kepada sikap orang tersebut. Tafsiran sempit pada harga diri bisa membuat kita terjebak pada salah pandang terhadap lingkungan sekitar.
Seperti halnya ada orang merasa sudah menjadi orang yang kaya secara finansial maka timbul harga diri bahwa dia harus menjadi orang yang didengarkan pendapatnya, karena orang yang disekitarnya secara finansial berbeda dengan dirinya, ada lagi saat ada orang sudah menolong orang lain dan merasa berjasa kepada orang tersebut lalu mempunyai harga diri jika tidak disapa dulu oleh orang yang ditolongnya dia tidak mau, banyak contoh yang bisa diambil. Gelaja awal salah mengartikan harga diri adalah merasa dirinya lebih powerful dari orang lain, dia berpikir lebih superior dari yang lain, padahal itu hanya didalam muara pikirannya sendiri. Ada falsafah Jawa mengatkan "Aji ne rogo soko busono, aji ne ati soko lathi", falsafah itu cukup menggambarkan bagaimana harga diri itu dilihat dan bisa juga dijadikan salah satu alat ukur untuk menempatkan sebuah harga diri.
Melanjutkan pada bahasan selanjutnya tentang keluhuran diri, tapi sebelumnya mari kita pertegas dalam mengambil sikap dalam harga diri karena harga diri itu harus tetap dijaga dengan dilapisi kebijaksanaan yang terbijak yang dimiliki, karena saat salah mengambil kebijakan maka akan terlihatlah betapa konyolnya diri kita mempertahankan atau memperjuangkan harga diri yang begitu egois dan mengais untuk dihargai oleh orang lain. Setelah sepakat pada itu semua maka penting pula menelaah tentang keluhuran diri, keluhuran diri ini merupakan sisi terbijak dan terbaik dalam manusia atau bisa dikatakan ini merupakan sinonim dari insan kamil. Keluhuran diri merupakan titik dimana manusia telah mencapai kesadaran untuk menjauhi konflik dan meminimalisir sebuah pertikaian dengan sesama. Didalam keluhuran diri hanya ada berbuat baik dan mempasrahkan hasilnya kepada Sang Pencipta, tentunya menjadi baik yang waspada terhadap lingkungan yang sekiranya akan membawa kerugian.
Keluhuran diri menjadi begitu penting dimiliki, karena keluhuran diri merupakan harga diri yang begitu istimewa tingkatan yang tinggi dalam manusia. Keluhuran diri sudah terbebas dari pemikiran ananiyah atau keakuan. Hal ini membuat seseorang menjadi begitu berharga sampai-sampai tidak bisa dihargai lagi karena nilai tertinggi dari sesuatu adalah saat ia sudah tidak ternilai, terbebas dari pandangan apapun dan begitu bijak dalam menilai apapun, tidak membutuhkan pujian dan tidak peduli dengan penghinaan, dialah berlian diantara bebatuan.
Menjaga harga diri adalah baik karena nantinya akan berhubungan dengan martabat diri, selain itu pula harga diri merupakan pisau bermata dua yang bisa menjaga sekaligus menjadi bahaya untuk orang yang salah menggunakan atau mengartikan makna dari harga diri tersebut.Harga diri merupakan label yang kita terakan pada diri kita, seberapa tingkat atau level harga diri itu akan terusik tentunya diri kitalah yang paham dan yang tahu. Karena semakin dalam dan luas pengertian harga diri tersebut maka semakin bijak pula kita menerakan label kepada diri sendiri.
Bagaimana pun sebagai mahluk sosial tentunya harus dipunyai sifat yang bisa saling menghargai antar sesama, karena bagaimana juga sebagai manusia sifat ini telah tertanam secara default didalam diri setiap manusia, karena setiap dari manusia pasti diberkahi oleh sifat ini, yakinilah hal ini. Untuk memperjelas tentang harga diri ini, haruslah kita punya pandangan luas seperti yang disebutkan diatas, bahaya sekali jika memaknai harga diri ini terlalu sempit karena akan menimbulkan efek domino kepada sikap orang tersebut. Tafsiran sempit pada harga diri bisa membuat kita terjebak pada salah pandang terhadap lingkungan sekitar.
Seperti halnya ada orang merasa sudah menjadi orang yang kaya secara finansial maka timbul harga diri bahwa dia harus menjadi orang yang didengarkan pendapatnya, karena orang yang disekitarnya secara finansial berbeda dengan dirinya, ada lagi saat ada orang sudah menolong orang lain dan merasa berjasa kepada orang tersebut lalu mempunyai harga diri jika tidak disapa dulu oleh orang yang ditolongnya dia tidak mau, banyak contoh yang bisa diambil. Gelaja awal salah mengartikan harga diri adalah merasa dirinya lebih powerful dari orang lain, dia berpikir lebih superior dari yang lain, padahal itu hanya didalam muara pikirannya sendiri. Ada falsafah Jawa mengatkan "Aji ne rogo soko busono, aji ne ati soko lathi", falsafah itu cukup menggambarkan bagaimana harga diri itu dilihat dan bisa juga dijadikan salah satu alat ukur untuk menempatkan sebuah harga diri.
Melanjutkan pada bahasan selanjutnya tentang keluhuran diri, tapi sebelumnya mari kita pertegas dalam mengambil sikap dalam harga diri karena harga diri itu harus tetap dijaga dengan dilapisi kebijaksanaan yang terbijak yang dimiliki, karena saat salah mengambil kebijakan maka akan terlihatlah betapa konyolnya diri kita mempertahankan atau memperjuangkan harga diri yang begitu egois dan mengais untuk dihargai oleh orang lain. Setelah sepakat pada itu semua maka penting pula menelaah tentang keluhuran diri, keluhuran diri ini merupakan sisi terbijak dan terbaik dalam manusia atau bisa dikatakan ini merupakan sinonim dari insan kamil. Keluhuran diri merupakan titik dimana manusia telah mencapai kesadaran untuk menjauhi konflik dan meminimalisir sebuah pertikaian dengan sesama. Didalam keluhuran diri hanya ada berbuat baik dan mempasrahkan hasilnya kepada Sang Pencipta, tentunya menjadi baik yang waspada terhadap lingkungan yang sekiranya akan membawa kerugian.
Keluhuran diri menjadi begitu penting dimiliki, karena keluhuran diri merupakan harga diri yang begitu istimewa tingkatan yang tinggi dalam manusia. Keluhuran diri sudah terbebas dari pemikiran ananiyah atau keakuan. Hal ini membuat seseorang menjadi begitu berharga sampai-sampai tidak bisa dihargai lagi karena nilai tertinggi dari sesuatu adalah saat ia sudah tidak ternilai, terbebas dari pandangan apapun dan begitu bijak dalam menilai apapun, tidak membutuhkan pujian dan tidak peduli dengan penghinaan, dialah berlian diantara bebatuan.
Source Photo : http://www.erikjohanssonphoto.com
Komentar
Posting Komentar