2019 itu tahun yang penuh dialektika. Senang, Sedih, Putus asa, Harapan, dan semua hal yang bertentangan melebur menjadi satu. Dan pagi itu adalah hal yang sungguh - sungguh aku nikmati sekali, dia digendong mamanya menghadap ke sang Surya, ibuk memasak di dapur, bapak pagi sudah kesawah, adik ku masih terlelap dalam mimpinya. Iya, kebersamaan itu yang aku harapkan hadir kembali meski tidak mungkin. Bahkan aku rela menukarkan apapun asal bisa kembali lagi disaat itu, meski semua kondisi berat bercampur aduk, antara nyata atau menolak realita. Tanpa aku sadari, aku sangat bahagia dimomen itu. Seolah aku bisa menghantam semua keadaan, tapi aku hanya manusia biasa yang rapuh. 2021 adalah kehancuran, seolah dilemparkan didalam lava mendidih lalu ditenggelamkan di samudera Artik. Dia penjaga ku pergi, selamanya. 2024 tragedi yang kusut, kuharap ibu bisa disembuhkan tetapi keadaan masih belum mendukung, tetap saja ada yang menyakitinya. Ibuk, maafkan aku tidak bisa menjadi perisai...
Berbagi isi hati dan isi dalam pikiran.